Nabi Muhammad; pada dasarnya adalah penyambung lidah Tuhan [artikan : Rosul] yang bertugas menyampaikan pesan Tuhan [baca : Allah] untuk umat manusia di dunia agar bisa menempuh jalan yang lurus dan benar. semua yang dinyatakan olehnya bukanlah bersifat opini ataupun nukilan dari buku. semua semata-mata wahyu dari Tuhan kepadanya, sebagaimana diterangkan dalam al-Qur'an ان هو الا وحي يوحي, وما ينطق عن الهوى yang artinya "apa yang diucapkan olehnya (Muhammad) bukanlah dari hawa nafsu, melainkan wahyu ". Dia pun menjadi penafsir utama dalam hal menjelaskan maksud dari al-Qur'an; tiada orang lain yang sanggup melebihi kebenaran tafsirannya. kebenaran mutlak yang bersifat tunggal yang diwakili olehnya; dimasanya.
Setelah wafatnya Beliau, pengartian teks al-Qur'an beralih ke para sahabat-sahabatnya dengan pegangan al-Qur'an itu sendiri dan sabda Beliau. Pegangan itu tidak pernah mereka (sahabat) lepaskan meski ada rujukan yang komplit dan original. kenapa begitu ? Karena sabda Nabi lebih utama dan terjamin kebenaranya. tapi penggeseran ini mulai terasa, ketika memasuki masa Tabiin dengan penggunaan Israiiliat sebagai penerjemah al-Qur'an yang bersifat global.
Arti Israilliyat
Israiliyat adalah istilah yang dibawa oleh Ulama Tafsir dan hadist dalam membahas kisah yang dibawa oleh Yahudi dan Nasrani. kemudian berkembang menjadi nama untuk kisah yang bersumber dari keduanya. Israiliyat sendiri adalah salah satu macam dari beberapa macam [macam-macam pengaruh luar] yang mempengaruhi ke-orisinalitas sebuah teks tafsir dari al-Qur'an. hal ini sangat mempengaruhi aktifitas penafsiran karena banyak mengundang kontervensi akidah, kebudayaan, keanehan dan khayalan-khayalan yang tidak sesuai syariat atau kata lain khurafat. sehingga mengacam rusaknya budaya Islam.
Israiliat(أسرائيليات) berasal dari mufrad (أسرائيلة) Israiliyah yang diambil dari nama putra nabi Ya'qub A.S. kemudian menjadi nama untuk sebuah suku dan golongan pemeluk agama. Hingga terkenal menjadi Bani Isrel yang sekarang berubah menjadi Yahudi.--- Sebetulnya nama Yahudi sendiri ada sejak kemunculan Islam [pada masa nabi Muhammad]. mereka dinamakan Yahudi karena sebagian dari mereka mengingkari kenabian nabi Isa A.S. lalu sebagian golongan lagi mengimani kenabian nabi Isa A.S. dan untuk sebagian mereka yang mengimani semuanya, mulai nabi Musa A.S. Isa A.S. dan Muhammad S.A.W. disebut dengan ahlu al-Kitab. Antara dua golongan ini ( yahudi dan Nasrani) mempunyai perbedaan-perbedaan tersendiri mengenai akidah mereka; yang Yahudi merujuk pada Taurat dan Nasrani merujuk kepada Injil. kemudian dua-duanya diubah oleh para ulama mereka dari bentuk aslinya dengan menisbatkannya pada kalam Tuhan sehingga kitab mereka tidak lagi Asli firman Allah. Di dalam al-Qur'an dijelaskan bagaimana mereka mendapat ajaran dari kitab sucinya ( al-Maedah: 44-45. penjelasan tentang orang-orang nasrani diberi kitab injil sebagai pegangan mereka). pada dasarnya, mereka juga disebut muslim. karena mereka adalah orang-orang merawisi agama samawi yang dibawa oleh leluhur mereka; yaitu nabi Ibarahim A.S.. Lafadz muslim banyak disebut dalam al-Qur'an saat menerangkan perihal tentang mereka yang mempercayai Allah, malaikat, rasul, kitab, dan hari akhir; serta tidak menyangkal akan kenabian nabi Muhammad S.A.W. Israiliat menjadi rujukan dalam penafsiran al-Qur'an muncul sejak masa nabi Muhammad, kemudian lanjut sahabat, tabiin hingga sekarang. hanya saja, ketika masa Nabi, Israiliat tidak bisa diambil apa adanya, hingga Nabi bersaba لا تصدقوا أهل اكتاب ولا تكذبوهم وقولوا أمنّا بالله ,ما انزل اليه--الاية2. lalu para Sahabat mengikuti apa yang disampaikan Nabi tentang Israiliat karena tidak ingin membuat perselihan dengan apa yang telah digariskan oleh Nabi tentang syariat Islam. Masuk pada masa Tabiin, keadaan mulai berubah. sebagian ada yang menggunakan israilyat demi kepetingan mereka sendiri dan mengikuti hawa nafsu; ada juga yang tetap berpegang teguh pada jalur yang digariskan oleh Nabi seperti golongan Mu'taziliah, Batiniah, Qoyadiah, Bahaiyah. karena takut akan banyak terjadinya penyelewengan penafsiran pada masa Tabiin. Muncullah inisiatif dari para Ulama yang tetap menjaga sunnah-sunnah Nabi untuk memberikan syarat penafsiran, yaitu harus sesuai sabda Nabi, pendapat-pendapat sahabat, dan riwayat yang orangnya terkenal adil, terpercaya dan teliti. jika hal itu tidak dipenuhi, maka penafsiran yang dilakukan tidak diterima. Karena hanya akan bersifat merusak. Kejadian ini bisa muncul karena Nabi pernah bersabda bahwa sebaik-baiknya golongan adalah setelahku, kemudian setelahku. Hal ini bisa dilhat sifat kehati-hatian yang dilakukan oleh sahabat dan tabiin sangat berbeda sekali. Hingga ada kesepakan Ulama bahwa pendapat sahabat bisa menjadimarfu ke nabi Muhammad dan Tabiin tidak bisa.
Dari penjelasan-penjelasan ini dan adanya sabda Nabi tentang tidak membenarkan dan tidak membuat kebohongan terhadap cerita mereka adalah sikap yang harus kita aplikasikan dalam menerima segala informasi dari mereka, serta melakukan penilitian terhadap cerita-cerita mereka seperti dilakukan oleh para sahabat. Seperti Abu Bakar, umar bin Khottob, Ibnu abbas. Dalam artian tidak memperyai langsung, perlu peng-klarifikasikan lebih mendalam agar tidak bertengtangan dengan syariat Islam. Tapi Israiliat menjadi digunakan karena israiliat mempunyai hubungan dengan Islam dalam akidah dan keagamaan.
0 komentar:
Posting Komentar